Info Bandara - Beban konsumen penerbangan kian
bertambah. Setelah harga tiket makin mahal karena tambahan fuel charge,
airport tax di bandara kawasan Indonesia Timur mulai 1 April 2014 naik.
Besaran kenaikan mencapai 80 persen
untuk tujuan domestik dan sekitar 33 persen untuk penerbangan
international. Corporate Communication Department Head PT Angkasa Pura I
(AP I) Handy Heryudhitiawan menyatakan, kenaikan itu telah direncanakan
dengan matang. Pihaknya melakukan kajian sejak Oktober tahun lalu.
AP I sebagai pengelola bandara telah
menempuh sejumlah mekanisme terkait dengan rencana kenaikan airport tax
itu, termasuk berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). "Mereka mengerti dan memahami ini
semua. Bahkan, kami juga minta pendapat YLKI," ucapnya kepada Jawa Pos
kemarin.
Kenaikan airport tax itu berlaku untuk
lima bandara di bawah naungan AP I. Di Bandara Ngurah Rai Denpasar,
penerbangan domestik naik dari Rp 40 ribu menjadi Rp 75 ribu.
Penerbangan internasional dari Rp 150
ribu menjadi Rp 200 ribu atau naik 33 persen. Bandara Juanda dari Rp 40
ribu menjadi Rp 75 ribu (domestik) dan Rp 150 ribu menjadi Rp 200 ribu
(internasional). Besaran yang sama berlaku untuk Bandara Sepinggan
Balikpapan.
Bandara di Makassar semula Rp 40 ribu menjadi Rp 50 ribu (domestik) dan Rp 100 ribu menjadi Rp 150 ribu (internasional).
Untuk bandara Lombok Praya, semula Rp 25 ribu menjadi Rp 45 ribu (domestik) dan Rp 100 ribu menjadi Rp 150 ribu (internasional).
"Semua berlaku mulai 1 April 2014,
kecuali untuk penerbangan domestik di Bandara Ngurah Rai yang berlaku
mulai 1 Agustus 2014," ucap Handy.
Pengecualian untuk penerbangan domestik
di Ngurah Rai itu dilakukan karena sampai saat ini renovasi masih
berlangsung dan diperkirakan tuntas menjelang Agustus 2014.
Kenaikan tersebut perlu dilakukan karena
AP I sudah sering mengucurkan investasi dalam perbaikan dan peningkatan
kapasitas di beberapa bandara tersebut.
"Bisa dilihat kita bangun Bali,
Balikpapan, Surabaya, dan akan segera membangun Semarang, Banjarmasin,
dan Yogyakarta. Makassar tentunya dua kali lipat dari yang ada
sekarang," katanya.
Selain dari sisi kapasitas, teknologi
yang ditujukan untuk efektivitas dan peningkatan layanan kepada
penumpang ditingkatkan. Handy menyebut bahwa teknologi Airport Operation
Database (AOD) di Balikpapan untuk menyajikan fungsi atau tugas
keamanan, informasi, dan lainnya.
"Kita berikan satu dalam satu ruang
master control. Terbaru di Indonesia sehingga kita bisa tahu berapa
banyak passanger yang akan di-handle dalam satu jam atau dua jam ke
depan sehingga gate mana saja harus dibuka, garbarata mana saja yang
akan digunakan," katanya.
Bali dan Balikpapan, menurut dia, juga
lebih canggih dan baru sehingga memiliki teknologi otomatis untuk
penanganan bagasi melalui barcode. "Dulu kita biasa melihat stiker atau
tanda saat checking masih berdasarkan warna. Sekarang tidak lagi,"
ujarnya. (AT)
Berikut Perincian Detailnya :
Related Article:
0 komentar:
Posting Komentar